Sungai Penuh, Jambi, otodanews.com — Aksi unjuk rasa yang digelar oleh Aliansi Wartawan Siber Indonesia (AWaSI) Provinsi Jambi di halaman Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Sungai Penuh berujung ketegangan. Insiden terjadi ketika massa AWaSI yang hendak menyampaikan aspirasi dan tuntutan mereka dihadang oleh Kasi Intel Kejari beserta sejumlah petugas keamanan internal di pintu masuk kantor kejaksaan.
Aksi yang awalnya berlangsung damai berubah memanas ketika perwakilan massa meminta untuk bertemu langsung dengan Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Sungai Penuh. Namun, Kajari enggan menemui massa, sehingga menimbulkan kekecewaan dan protes keras dari pengunjuk rasa.
Sebagai diketahui bahwa Kejari Sungai Penuh menangi sejumlah kasus korupsi di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh yang menjadi wilayah hukumnya. Banyaknya kasus korupsi yang tidak jelas dalam penanganannya membuat rombongan AWaSI Jambi menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Kejari Sungai penuh.
“Kami datang dengan niat baik, menyampaikan tuntutan masyarakat terkait keterbukaan informasi dan penanganan kasus korupsi. Tapi justru dihadang dan ditolak masuk. Ini mencederai semangat demokrasi dan transparansi,, jumpai kami jangan sembunyi dibalik pintu” ujar Erfan Indriyawan, SP, Ketua Umum AWaSI Provinsi Jambi, di tengah kericuhan pada Selasa (17/06/2025).
Kasi Intel Kejari Sungai Penuh yang berada di lokasi terlihat adu argumen dengan massa. Situasi semakin memanas saat beberapa petugas keamanan mencoba membatasi akses massa ke dalam halaman kantor. Sejumlah peserta aksi terdorong saat berusaha mendekati gerbang, namun situasi berhasil diredam sebelum terjadi bentrokan fisik.
AWaSI dalam aksinya membawa sejumlah tuntutan, di antaranya mendesak transparansi informasi publik oleh institusi pemerintah, termasuk Kejari Sungai Penuh. Mereka juga menyoroti penanganan perkara korupsi yang dinilai lamban dan tidak terbuka kepada publik.
“Kajari seharusnya hadir dan mendengar langsung suara rakyat. Ini bukan persoalan pribadi, ini tentang hak masyarakat untuk mendapatkan keadilan dan informasi yang jujur atau Kajari takut berhadapan dengan wartawan?” tambah Erfan.
Meski terjadi ketegangan, aksi berakhir tanpa insiden kekerasan serius. Namun, pihak AWaSI menyatakan kekecewaannya terhadap sikap Kejari Sungai Penuh yang dinilai menutup diri terhadap kritik publik. Mereka berencana untuk melaporkan kejadian ini ke pihak berwenang dan akan terus mengawal tuntutan masyarakat hingga ada respons yang konkret.
“Kami akan melakukan aksi lanjut dan mengajak sejumlah ormas yang ada di Kabupaten Kerinci dan kota Sungai Penuh untuk senantiasa mengadakan aksi unjuk rasa di depan kantor Kejari Sungai penuh tanpa henti hingga Kepala kejaksaan negeri Sungai penuh mau bertemu dengan pengunjuk rasa atau di ganti dengan Kajari yang baru” pungkasnya geram atas sikap angkur Kajari Sungai Penuh. (Regar).
Discussion about this post