Jambi, otodanews.com – Maraknya insiden yang terjadi di perairan sungai Batanghari sejak banyaknya armada kapal tongkang yang mengangkut batu bara lewat jalur sungai batang hari sejak di stop nya jalur angkutan batu bara lewat darat membuat kita warga Jambi sangat prihatin. Di satu sisi lewat darat menimbulkan kemacetan dan di alihkan ke sungai pun banyak menimbulkan insiden yang berdampak pada kerugian harta benda. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian dari pemerintah yang bersangkutan untuk mengawasi armada yang melintasi alur sungai Batanghari.
“Dalam hal ini kami selaku masyarakat menghimbau instansi yang terkait yang berhubungan degan sungai untuk segera turun tangan menertibkan kapal kapal yang membawa batu bara agar benar – benar diawaki dgn anggota yang cukup dan berpengalaman serta mempunyai kecakapan yang khusus dan layak di bidangnya” Agar tidak lagi terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kerugian baik bagi perusahaan kapal itu sendiri mau pun individu awak kapal, masyarakat atau pun negara” ungkap Erfan Indriyawan,SP, Ketua Umum Aliansi Wartawan Siber Indonesia AWaSI Jambi pada Selasa (30/04/2024).
Seringkali kita dengar kapal batu bara menabrak jembatan, itu terjadi beberapa kali Jembatan Tembesi, Jembatan Aurduri Satu dan juga Jembatan Gentala Arays baru – baru ini, yang menimbulkan kerugian besar bagi negara.
Ada juga kapal batu bara menabrak keramba ikan, itu berdampak langsung bagi masyarakat pinggiran batang hari. pembudi daya ikan yang ada di pinggiran batang hari tidak lagi merasa nyaman dengan adanya kapal batu bara yang hilir mudik di sungai Batanghari, seperti yang baru baru ini terjadi tenggelamnya Tagboat Sumber 4 yang menarik kapal Tongkang di Simpang Tiga Tembesi pada tanggal Minggu (28 April 2024).
“Ini bukan cuma musibah ini disebabkan kurang nya pengalaman dan perhitungan dari pembawa kapal, bisa saja yang bawa kapal bukan nahkodanya, atau nahkoda nya yang tidak terlatih yg tidak mempunyai sertifikat kompetensi, misalnya juru mudi yang di percaya , saat di tempat emergency yang seharusnya di handle oleh nakhoda ,
dan boleh jadi juga nahkodanya tidak berpengalaman karena tidak mempunyai sertifikat kompetensi serta tidak mempunyai pembekalan yang cukup dan layak menjadi nahkoda” ungkap Erfan.
Di sini perlunya campur tangan pemerintah yang terkait untuk segera menertibkan kapal – kapal yang berlayar melewati sungai Batanghari agar tidak terjadi lagi insiden seperti ini. Karena maraknya kapal – kapal yang naik ke daerah huluan mengangkut batu bara yang sangat menguntungkan jasa pengusaha kapal , dan terbatasnya tenaga ahli di bidang perkapalan maka pemilik perusahaan semena – mena memperkerjakan ABK kapal yang bukan di bidangnya.
Erfan mengungkapkan banyaknya awak kapal hanya dilengkapi dgn KTP dan KK saja, ini bukan pompong , yang dinamakan kapal sudah mempunyai syarat tertentu untuk menjadi ABK nya , setidak nya mempunyai sertifikat kompetensi yang dinamakan ANT Dasar BST SCRB , Mefa dan AFF untuk AB anak buah dan sertifikat ANT 5 atau ATT 5 sekarang kurang nya untuk perwira deck atau pun mesin, dengan tidak dilengkapi awak kapal yang tidak mempunyai kompetensi di bidangnya maka sampai kapan pun alur pelayaran sungai Batanghari ini tidak akan aman, pengusaha kapal hanya mementingkan dan memperkaya diri sendiri . Tampa memikirkan keselamatan ABK Kapal, harta benda masyarakat mau pun fasilitas umum milik negara.
“Untuk itu kami menghimbau kepada Bapak Gubernur untuk mengambil sikap tegas dalam menertibkan alur pelayaran sungai Batanghari ini, baik itu mengecek surat dokumen kelengkapan kapal Tongkang maupun document yang di miliki oleh ABK Kapal itu sendiri, apakah sudah memenuhi syarat untuk kapal ini di berangkatkan, dari pelabuhan yang ada di Talang duku ke stokfil di daerah uluan sungai batang hari atau sebaliknya” ungkap Erfan.
“Kepada pemerintah yang mengeluarkan izin olah gerak juga sekali – kali turun ke lapangan, dan tidak cuma asal menerbitkan surat persetujuan olah gerak SPOG, perlu juga pengecekan document kapal, document Tongkang document crew juga alat keselamatan, Seffety equipment yg ada di atas kapal , apakah kelengkapany memenuhi persyaratan, atau pengecekan sertifikatnya apa masih hidup atau sudah exfire , seperti Seffety Equipment Liferaf, Life jacket, Fire extiquser dan lain lain” tambahnya.
“Karena lebih dari 50 kapal Tongkang yang berlayar di sungai Batanghari, kalau lah empat kali dalam satu bulan berati lebih dari 200 kapal yang turun naik di alur sungai Batanghari, ini memberikan kontribusi yang cukup besar buat PAD pemerintah Provinsi Jambi jika ini betul betul di tertibkan, untuk itu pemerintah terkait segera mungkin untuk menertibkan armada – armada tersebut agar tidak lagi terjadi insiden yang tidak kita inginkan, jangan sampai jembatan Aurduri , Gentala Arays runtuh baru kita mau berbenah” tutup Erfan. (Regar).
Discussion about this post